Senin, 13 Februari 2017

Menyapa Lewat Doa

Bagaimana bisa saling sapa, bila nama pun belum ada.
Tapi aneh, rindu kadang datang memberi pesan.
Malam ini, ia hadir lagi.
Katanya, kau pun sedang mencari.
Hatimu tak lepas menerka-nerka.
Pernah kau jemu dan putus asa.
Lalu rindu menyelusup jiwamu memberi asa.

Rindu bilang, kau kadang kecewa dengan realita.
Lelahmu mencariku terbacanya.
Banyak yang kau kira aku, ternyata bukan.
Malas seketika hinggap di hatimu.
Kau jalani hari tanpa ingin mengingatku lagi.
Tapi tak lama, kau kembali terusik.
Lagi-lagi rindu mengganggu tidurmu.

Benar, tuan.
Rindu berkisah panjang malam ini.
Aku khusyu menyimak.
Tak kusadari gelakku memotong ceritanya.
Bayangan wajah kusutmu yang mengharapkanku bak mengharap kibasan udara sejuk AC di terik hari membuatku terbahak.
Kenal belum rindu denganmu.

Setelah kubujuk, rindu kembali berceloteh.
Kemarin malam, kau bangkit dari tempat tidur karena tak kunjung terlelap.
Akulah penyebab kau menderita insomnia.
Rindu mengawasimu hingga ke kamar mandi dan kembali ke pembaringan.
Kau duduk sejenak di tepinya.
Sesaat kemudian, kau sudah ada di atas sajadah.
Bersimpuh di hadapanNya memohon dipertemukan denganku.

Aku yang juga belum bernama.

Bagaimana bisa kau tinggalkan kasur empukmu untuk memintaku padaNya?
Bagaimana kau menyebutku di hadapanNya?
Bagaimana kita akan saling sapa?
Ah, kau masih tuan yang belum bernama.
Kini hatiku lah yang penuh tanya.
Ingin kutanya rindu, tapi ia tak lagi ada.
Mungkin sedang menujumu.

Cepat aku bangkit dari tidur dan membasuh muka.
Kulengkapi wudhu dan kukenakan mukena.
Aku pun akan memintamu padaNya.
Meski kau masih tuan yang belum bernama.
Semoga segera kita bisa saling sapa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar