Melihat judul tulisan ini, kamu mungkin mengira saya berpihak pada setan. Seolah mereka tidaklah salah telah menggoda dan menjerumuskan manusia dalam dosa. Seakan yang salah adalah manusia yang tergoda itu. Biar saya jelaskan. Tentu saya selamanya akan berpihak pada saudara saya (manusia) dan sekuat tenaga menjauhi musuh nyata (setan). No doubt.
Meski begitu, judul yang saya buat juga ada benarnya. Begini maksudnya, kita sebagai manusia kadang serta merta menyalahkan setan saat melakukan dosa. Padahal apa salahnya kalau setan menggoda? Bukankah itu memang kerjanya? Kalau gak menggoda, ya bukan setan namanya. As simple as that. Jadi, jangan salahkan setan menggoda.
Itu masih intro. Kita akan bahas lebih lanjut. Seminggu lalu, saya kehilangan laptop. Sedih ada, kecewa iya, nyesal pasti, marah juga. Teganya si pencuri itu. Tapi apa boleh buat, laptop udah gak di tangan. Alih-alih mau nyalahin si pencuri, saya ngerasa salah sendiri karena kurang hati-hati. Sikap meremehkan adalah akar permasalahannya.
Pencuri ya kerjanya mencuri (pekerjaan bukan itu?). Karena pencuri memang ada, kita diharuskan waspada dan mawas diri. "Waspadalah..waspadalah", suara bang Napi terngiang-ngiang di telinga saya. Suara hati saya tentang si pencuri yang tak ada gunanya walau disalahkan 1000 % sekalipun merembet kemana-mana. Hingga saya memposisikan setan seperti menyikapi pencuri.
Setan itu musuh nyata, kerjanya ya menggoda manusia. Nenek moyang kita (Adam-Hawa) telah dikelabuinya hingga harus meninggalkan surga. Jelas-jelas itu dikisahkan dalam al-Qur'an. Setan memohon, dan Allah pun mengabulkan permohonannya. Tapi, firman Allah, yang bertaqwa pada-Nya tidak akan tergoda.
Jadi jangan salahkan kenapa setan menggoda. Dia bahkan udah dapat izin untuk itu. Kalau dia bisa terlihat, ada ID cardnya mungkin. Ada yang master, kelas kakap, kelas teri, pemula, masih dalam masa pelonco atau yang sedang PKL. Karena gak terlihat, kita gak pernah tahu sedang digoda oleh setan sekaliber apa. Namun apapun pangkat setannya, tinggal kitanya aja, bisa digoda gak?
Meski begitu, judul yang saya buat juga ada benarnya. Begini maksudnya, kita sebagai manusia kadang serta merta menyalahkan setan saat melakukan dosa. Padahal apa salahnya kalau setan menggoda? Bukankah itu memang kerjanya? Kalau gak menggoda, ya bukan setan namanya. As simple as that. Jadi, jangan salahkan setan menggoda.
Itu masih intro. Kita akan bahas lebih lanjut. Seminggu lalu, saya kehilangan laptop. Sedih ada, kecewa iya, nyesal pasti, marah juga. Teganya si pencuri itu. Tapi apa boleh buat, laptop udah gak di tangan. Alih-alih mau nyalahin si pencuri, saya ngerasa salah sendiri karena kurang hati-hati. Sikap meremehkan adalah akar permasalahannya.
Pencuri ya kerjanya mencuri (pekerjaan bukan itu?). Karena pencuri memang ada, kita diharuskan waspada dan mawas diri. "Waspadalah..waspadalah", suara bang Napi terngiang-ngiang di telinga saya. Suara hati saya tentang si pencuri yang tak ada gunanya walau disalahkan 1000 % sekalipun merembet kemana-mana. Hingga saya memposisikan setan seperti menyikapi pencuri.
Setan itu musuh nyata, kerjanya ya menggoda manusia. Nenek moyang kita (Adam-Hawa) telah dikelabuinya hingga harus meninggalkan surga. Jelas-jelas itu dikisahkan dalam al-Qur'an. Setan memohon, dan Allah pun mengabulkan permohonannya. Tapi, firman Allah, yang bertaqwa pada-Nya tidak akan tergoda.
Jadi jangan salahkan kenapa setan menggoda. Dia bahkan udah dapat izin untuk itu. Kalau dia bisa terlihat, ada ID cardnya mungkin. Ada yang master, kelas kakap, kelas teri, pemula, masih dalam masa pelonco atau yang sedang PKL. Karena gak terlihat, kita gak pernah tahu sedang digoda oleh setan sekaliber apa. Namun apapun pangkat setannya, tinggal kitanya aja, bisa digoda gak?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar