Kalau biasanya pengalaman dikisahkan setelah dialami, kali ini beda. Kutulis kisah ini sebelum terjadi, sambil membayangkan seraya terus berdoa agar segera dikabulkan. Namanya adalah keinginan alias impian, boleh juga disebut khayalan. Keinginan yang semakin nyata di hati. Impian yang tak sabar menjadi nyata. Khayalan yang menggelorakan jiwa. Panggil dia umroh plus Turki.
Perjalanan umroh adalah perjalanan wisata plus ibadah yang menjadi impian banyak orang. Disebut wisata karena mengunjungi suatu tempat (di luar negeri pula). Dinamai ibadah karena aktivitas yang dilakukan adalah tuntunan agama. Sekedar mengingatkan, umroh adalah haji kecil yang dapat dilakukan kapan saja sepanjang tahun. Dengan semakin panjangnya daftar tunggu haji di Indonesia, banyak yang mencukupkan diri dengan umroh saja.
Bagiku pribadi yang alhamdulillah telah berangkat haji pada musim haji 2006 lalu, rasa rindu untuk kembali semakin tahun semakin menguasai hati. Banyak doa kupanjatkan agar diberi kesempatan lagi. Tak terlukis rindu yang semakin menggebu, apalagi saat melihat calon tamu Allah berrezeki pergi ke tanah suci. Mungkin karena telah pernah berhaji, keinginan umroh lebih mendominasi. Sungguh, ingin sekali.
Lalu soal umroh, ada pula pilihannya. Kita bisa memilih umroh "biasa" atau umroh "plus". Bila aku ditanya, aku akan lebih memilih umroh plus, tentunya. Alasannya, aku bisa beribadah sekaligus berwisata ke tempat lain selain haromain (Makkah-Madinah). "Jika ada yang plus, kenapa pilih yang biasa (standar)," begitu pikirku. Sekali mendayung, dua-tiga pulau terlampaui, begitu kira-kira.
Umroh plus pun masih menawarkan banyak pilihan. Ada yang plus Kairo, Jerussalem, Maroko, Turki atau yang lainnya. "Kalau anda, pilih yang mana?" Bila pertanyaan ini ditujukan padaku, aku akan jawab, "Definitely, Turkey". Alasannya? Turki di mataku bagai perpaduan Eropa dan Afrika. Banyak sejarah yang tertulis di sana. Modernisme yang ditunjukkannya tak sama sekali menyamarkan tampilan kejayaan masa lalunya.
Bagiku, melihat Turki seperti berada di masa lalu dengan rasa kekinian. Budaya, bangunan dan kulinernya sarat pesona. Es krim dengan atraksi penguji kesabarannya sangat ingin kucoba. Balon udara Cappadocia adalah juga hal yang sangat ingin kunikmati. Saat ini, aku hanya bisa memandangi Makkah-Madinah dan Turki dari kejauhan. Tepatnya dari dekat layar handphone dengan menonton YouTube.
Tapi siapa tahu, sebulan, dua bulan, atau tiga bulan ke depan, mimpi ini menjadi nyata dan aku benar-benar sedang thawaf mengelilingi Ka'bah, sholat Dhuha di dekat hijir Isma'il, berdoa di sisi maqom Ibrohim, sholat berjama'ah di Masjidil Harom, membaca dan mentadabbur al-Qur'an di Masjid Nabawi, sholat Hajat di makam Rasulullah saw, sedekah jus di pelataran masjid, minum air Zam-zam, makan nasi Briyani, belanja gamis dan tasbih. Who knows.
Setelah puas beribadah di Masjidil Harom dan Masjid Nabawi, kulanjutkan perjalanan ke Turki. Kucicipi es krim beratraksi menarik, kunaiki balon udara Cappadocia sambil bertasbih mengagumi bumi Ilahi. Mungkin rasanya seperti terbang, entahlah, just wait and feel. Kujelajahi Turki, kupelajari sejarahnya seraya menikmati bangunan-bangunannya yang artistik, lengkaplah bahagia itu. Apalagi bila aku bersama suami dan orangtua, pantaslah disebut replika surga di dunia. Wallahu a'lam.
#30DWCHari7
Tidak ada komentar:
Posting Komentar