Selasa, 13 Desember 2016

Menulis Mimpi #Menulis Buku

Di postingan sebelumnya, aku sudah menulis tentang menulis mimpi. Bahwa ada tiga hal yang harus dilakukan, yaitu listing (membuat daftar), planning (membuat rumusan aktivitas), dan being consistent (mematuhi setiap hal yang telah dirumuskan). Dengan teknik tersebut, semua mimpi dapat dituliskan dan diperjelas arahnya agar dapat diukur tingkat kesuksesan pewujudannya. Kali ini, aku akan menulis salah satu mimpiku, yakni menulis buku. 

Buku impian ini in syaa Allah akan menjadi buku keduaku. Alhamdulillah aku sudah menulis satu buku 'sendiri' dan dua buku 'rame-rame'. Buku 'sendiri' itu kuberi judul "Hidup Nyaman dengan QLC (Quarter Life Crisis) pada Seperempat Abad Usia". Karena beberapa pertimbangan, kuterbitkan buku itu dengan penerbitan swakelola (self-publishing). Peluncurannya dibantu komunitas menulis el-BaTa (Lembaga Baca Tulis) dan diadakan di Perpustakaan Daerah Sumatera Utara. Saat itu, aku sudah resmi menjadi penulis buku, meski hanya skala lokal. Karena itu, kini targetku adalah menjadi penulis nasional dan menginspirasi lebih banyak orang melalui buku keduaku. 

Berdasarkan tiga langkah yang telah dijelaskan sebelumnya, maka langkah pertama yang kulakukan adalah menuliskan mimpiku menulis buku secara detail. Aku ingin buku keduaku ini diterbitkan oleh penerbit mayor. Launching dan bedah bukunya diadakan secara nasional di Medan (kota asalku) dan di kota-kota besar lain di Indonesia. Buku ini akan mengukuhkan namaku sebagai penulis nasional. Akupun membayangkan akan berbincang dengan Raditya Dika, Andrea Hirata, Habiburrahman el-Shirazy, Helvy Tiana Rosa, Asma Nadia, Pipiet Senja, Afifah Afra Amatullah, Brili Agung, Rezky Firmansyah, dan penulis-penulis Indonesia lainnya sebagai sesama penulis Indonesia. Kutargetkan bukuku ini akan terbit awal tahun, mengawali 2017 mendatang.

Langkah kedua adalah merumuskan agenda untuk mewujudkannya. Hal pertama yang kulakukan adalah mulai ngeblog untuk membiasakan diri menulis. Setelah dulu aku pernah ngeblog dan kandas di tengah jalan, kumulai lagi dengan niat kuat. Kemudian, kuterima tantangan menulis non stop selama 30 hari yang bertajuk 30 Days Writing Challenge. 30DWC sungguh mengubah pandangan dan caraku menulis. Entah terpaksa, dipaksa, atau apa namanya, nyatanya aku telah melewati dua belas hari dengan menulis. Tidak ada hari yang terlewat tanpa menulis. Blogku terasa hidup dengan postingan tulisan-tulisan baru setiap hari. Otakku pun dilatih untuk selalu menghadirkan ide demi mengejar deadline setiap pukul 22.00 WIB. Sungguh exercise yang mencerahkan. Setelah merampungkan tantangan satu bulan ini, aku akan menantang diriku menulis 30 hari non stop dengan tema khusus untuk mewujudkan mimpiku menulis buku. Tergabung di komunitas belajar menulis online memberiku banyak pengetahuan, termasuk strategi menembus penerbit mayor. Akan kuterapkan semua ilmu seraya terus belajar dan bertanya pada ahlinya hingga bukuku benar-benar terbit dan menginspirasi.

Selanjutnya, rumusan rencana berikut jadwal yang telah kubuat akan kupatuhi sebaik-baiknya. Konsistensi dan disiplin adalah kunci, itu yang kupelajari selama ini. Karena kendali sesungguhnya ada padaku. Tidak akan ada yang marah bila aku melanggarnya. Pun tidak ada yang paling bahagia bila aku mematuhinya dibanding aku sendiri. Beruntung aku mengenal dan bisa bergabung dengan 30DWC. Ada reward dan punishment yang diberikan pada masing-masing fighter (sebutan untuk semua peserta). Strategi yang terbukti memotivasi dan membuat ingin menulis dan menulis lagi. Ditambah Kelas Online Upgrading Fighter (KOUF) yang menambah wawasan seputar dunia kepenulisan dan aksi saling dukung agar sama-sama sampai garis finish. In Syaa Allah.
#30DWCHari13

Tidak ada komentar:

Posting Komentar