Masih kuingat betapa sulit dan menantangnya tugas akhirku dulu. Saat di pesantren, kami harus menulis paper atau semacam karya ilmiah berbasis kepustakaan. Jika biasanya tugas akhir baru dijumpai di bangku kuliah, kami sudah mengecapnya lebih dulu.
Aku dan teman-teman seangkatan berbondong-bondong meramaikan perpustakaan. Perbincangan seputar judul dan topik yang akan dibahas pun menggema di sekitar kami. Banyak buku yang kubaca untuk mencari inspirasi. Tapi tak ada yang mengilhamiku membuat judul dan memilih materi.
Perhatianku malah tertuju pada hebohnya anak muda merayakan hari Valentine (Valentine's day). Kuputuskan untuk membahasnya dalam paperku. Aku ingin tahu seperti apa Islam memandang perayaan itu. Meski sempat berliku, akhirnya proposalku diterima. Judul paperku, "Pandangan Islam terhadap Tradisi Valentine."
Paperku ini memang menantang, jauh dari "main aman". Pasalnya, hampir tidak ada buku yang mendukung penelitianku. Referensi yang kupakai justru dari artikel-artikel di majalah-majalah Islam yang memang sangat booming kala itu. Sebut saya Annida, Ummi, dan Sabili.
Beberapa teman menyarankan ganti topik, tapi aku sudah terlanjur tertarik. "Ngapain susah-susah, yang penting selesai, ya sudah," begitu seorang teman mengingatkan. Meski penulisan paperku tak semulus teman-teman yang lain, tapi aku sungguh bahagia merampungkannya. Lagipula, dari awal aku sudah menduga plus mengantisipasi lika-likunya.
Tak berselang lama setelah itu, aku sudah resmi menjadi mahasiswi. Kujalani hari-hariku dengan mengkaji dan bersosialisasi. Suatu hari, kubaca selembar Buletin Jum'at. Publikasi sebuah masjid itu ternyata menerima kiriman tulisan. "Saatnya beraksi," sorakku dalam hati.
Kubongkar kotak bukuku. Kuambil paperku dan bersiap membedahnya. Tulisan belasan (atau lebih) lembar itu kuringkas menjadi hanya dua lembar setengah. "Begini lebih pas kayaknya," pikirku sambil tetap mengedit sana sini. Judulnya pun kuganti menjadi "Islam dan Tradisi Valentine."
Kutitipkan tulisanku pada bapak, karena aku tak lagi sholat Jum'at seperti saat di pesantren.Entah berapa minggu menunggu, tulisanku dicetak dan jadi bacaan jama'ah masjid. Bangganya bukan main. Tulisanku layak dibaca publik. Tulisan itu adalah cikal bakal karir menulisku.
Selanjutnya kutulis materi lain dan kupublikasikan melalui koran lokal seperti Harian Waspada, Analisa dan Mimbar Jumat. Mengikuti lomba menulis pun tak ragu kulakukan. Tak selalu mulus memang; kadang diterbitkan, kadang hilang tanpa kabar, kadang menang hadiah jutaan, kadang hanya juara harapan, kadang tak bisa diharapkan.
Akupun pernah merasakan dikritik oleh pejabat yang merasa terganggu dengan tulisanku. Sempat ingin kuakhiri goresan penaku, tapi kuurungkan setelah keluarga menyadarkanku.
Kata mamak, "Dia gak perlu tersinggung dengan tulisan itu, kenapa harus marah? Dan gak ada alasan untuk berhenti, karena yang ditulis gak salah."
Bapak malah menyalamku dan mengucapkan selamat. "Selamat karena sekarang Afifah sudah benar-benar seorang penulis," kata-kata yang justru meyakinkanku untuk melangkah maju.
Setamat kuliah, aku semakin dekat dengan dunia tulis-menulis. Pekerjaan pertamaku adalah menjadi media officer untuk sebuah LSM anak di Simeulue, Aceh. Sempat pula aku menjadi calon wartawan di sebuah harian dan menjadi editor di sebuah media online.
Alhamdulillah sebuah buku sendiri dan beberapa buku "rame-rame" sudah kutulis dan diterbitkan. Meski kadang semangat menulisku pasang surut karena kesibukan lain, tapi keinginan menulis tetap ada di hati. Bahkan seperti obat penenang, setelah menulis aku merasa lepas dan lapang.
Kini sedang kujajal media baru. Meski bukan pertama kalinya menulis di blog, kali ini aku serius. Entah kenapa perayaan 17 Agustusan yang lalu begitu berkesan di hatiku. Semangat yang kurasa adalah ingin membuat bangga ibu pertiwi. Menjadi kebanggaan negeri. Menjadi srikandi di bidang yang kukuasai.
Dunia kepenulisan sudah cukup lama kugeluti dan sungguh kucintai. Aku ingin berprestasi disini. Kudedikasikan tulisan-tulisanku untuk Indonesia. Untuk menginspirasi saudara sebangsa, berbagi ilmu dan pengalaman, dan saling nasehat-menasehati dalam kebaikan. Insya Allah.
#30DWCHari1
Tidak ada komentar:
Posting Komentar