Jumat, 16 Desember 2016

Nyontek Juga Ada Tekniknya

Tulisan ini kutulis untuk mengingatkan kita semua bahwa semua butuh usaha. Bukan hanya untuk melakukan kebaikan dan kebenaran, untuk melakukan keburukan dan kesalahan pun butuh usaha. Renungan ini terinspirasi dari pengalamanku saat mengajar, tepatnya menyampaikan kisi-kisi untuk ujian. 

Untuk membantu mahasiswa mempersiapkan diri mengikuti ujian, kisi-kisi ujian selalu diberikan. Akupun selalu memberikannya tepat di akhir pertemuan. Tujuannya agar lebih dekat dengan waktu ujian, maka mereka akan lebih siap. Dan memang itulah tujuan pemberian kisi-kisi.

Lalu, bagaimana soal renungan tadi? Begini, untuk meminimalisir aksi contek mencontek, kuberlakukan satu aturan. Bahwa siapapun yang kulihat mencontek atau mau dicontek tidak akan kuberi nilai A walaupun nilainya pantas untuk itu. Alasannya, dia sudah bersikap curang. Itu saja. Bukankah kejujuran ada nilainya? "Honesty has its own score", begitu selalu kusampaikan.

Pernah ada yang mempertanyakan mengenai 'yang dicontek' juga kena getahnya. Maka kujelaskan ulang bahwa 'yang mau dicontek'lah yang kena aturan ini. Kalau ternyata ada yang dicontek dan dia sama sekali tidak mengetahui sedang dicontek, maka dia aman dari aturan ini. Tentu akan berbeda dengan seseorang yang dengan sengaja dan sadar memberi contekan pada rekannya.

Itulah pula mengapa yang kukenai sanksi bukan hanya yang mencontek. Karena mereka yang memberi contekan biasanya adalah yang mempunyai jawaban kemudian secara  sukarela atau terpaksa berbagi. Dengan aturan ini, siapapun akan sangat enggan memberi contekan karena akan sangat merugikannya. Dari rata-rata semua kelasku, strategi ini terbukti sangat berhasil.

Namun ada pula yang nyeletuk dan bilang, "Kalau gitu, nyontek juga ada tekniknya ya, Miss?". Langsung kujawab tegas, "Ada. Tapi untuk apa menghabiskan waktu mempelajarinya? Mending belajar dan dapat nilai bagus". Sekelas manggut-manggut dan mengamini penjelasanku. Dalam jawabanku, kusampaikan bahwa mencontek pun perlu belajar, perlu usaha. Sebisa mungkin kukesankan bahwa melakukan keburukan membutuhkan effort lebih dibanding melakukan kebaikan.

Maka pertanyaannya adalah, apakah kita akan menghabiskan waktu untuk mempelajari dan menjadi ahli dalam keburukan atau memanfaatkan waktu untuk mempelajari dan menjadi ahli dalam kebaikan? Jawabnya ada pada kita. Namun percayalah, waktu akan lebih berkah bila dimanfaatkan dalam kebaikan. Sebaliknya, waktu akan terasa hilang begitu saja dan tak menghasilkan apa-apa bila dihabiskan dalam keburukan. Wallahu a'lam.
#30DWCHari16

Tidak ada komentar:

Posting Komentar