"Apalah arti sebuah nama", begitu kata sebuah ungkapan. William Shakespeare pun sependapat. Menurutnya, bukan karena bernama mawar lantas bunga itu harum, dengan nama lain pun ia akan tetap harum. Ungkapan itu boleh saja dipegang orang. Pendapat Shakespeare boleh saja diaminkan orang. Namun aku punya pendapat berbeda. Bagiku, nama adalah doa. Yang kutahu, Rasulullah saw menganjurkan pemberian nama yang baik untuk setiap orang. Ditambah adanya larangan memanggil orang dengan nama yang buruk.
'Afifah. Itulah namaku. Lengkapnya Nur'afifah Hasbi Nasution. Nur berarti cahaya, 'Afifah berarti wanita yang menjaga kehormatannya, Hasbi adalah gabungan nama kedua orangtuaku (has adalah Hasan (bapak) dan bi adalah Hubbi (mamak)). Lalu Nasution adalah nama keluarga (marga) karena aku adalah orang Mandailing. Kembali ke 'Afifah. Betapa indah artinya; wanita yang menjaga kehormatannya. Benarlah orangtuaku terus mendoakanku dengan memberi nama baik itu. Betapa saat setiap orang memanggilku berarti satu doa lagi dipanjatkan untukku. Lalu, bagaimana bila seseorang memanggilku dengan nama yang salah? Itulah yang akan kubahas.
'Afifah mungkin asing bagi sebagian orang. Sering didengar mungkin, tapi tidak paham pengucapannya yang tepat apalagi artinya. Berasal dari Bahasa Arab, pengucapan 'a tidaklah sama dengan huruf a dalam Bahasa Indonesia, melainkan huruf 'ain seperti pada kata 'aalamiin dalam surat al-Fatihah. Karena itu, tak jarang kenalan, teman, bahkan sebagian keluarga memanggilku dengan pengucapan yang salah. Bahkan aku pernah dipanggil dengan nama yang sebenarnya sudah sangat menyimpang dari 'Afifah. Ada teman yang memanggilku Pipah, Pipeh, Ipah, Ifah, Piah, juga Pipip. Tapi itu dulu, saat nama belum bermakna doa bagiku. Kunikmati panggilan-panggilan mereka tanpa berpikir apa-apa.
'Afifah lebih dari nama bagiku. Itulah aku kini. Namaku adalah doa yang selalu kumohonkan menjadi jati diriku. Menjadi identitasku. Bahwa sebutan itu diucapkan bukan hanya untuk memanggilku, namun juga melabelku. Karena itu, saat memperkenalkan diri, aku cenderung mengatakan, "Saya 'Afifah", bukan "Nama saya 'Afifah". Begitupun saat memperkenalkan diri dalam Bahasa Inggris, aku akan bilang, "I am 'Afifah", bukan "My name is 'Afifah". Memang apa bedanya "Saya 'Afifah" dengan "Nama saya 'Afifah"? Jelas beda. Saat aku menyebut kalimat pertama, sebenarnya aku sedang mengatakan bahwa "Saya adalah wanita yang menjaga kehormatannya, in syaa Allah". Sementara di kalimat kedua, aku hanya menyebutkan sebuah nama, sekedar sebutan untuk menamaiku. Itu saja.
'Afifah adalah visiku. Aku ingin hidup dan mati sebagai wanita yang selalu dan terus menjaga kehormatannya. Mulai dari bertutur kata yang terhormat, bersikap layaknya wanita terhormat, berhijab dengan sebenar-benar hijab, dan beribadah yang berkualitas, karena ibadah yang baik adalah kehormatan sesungguhnya bagi seorang muslim/muslimah. Aku ingin menjadi wanita yang memilih menjadi 'afifah karena Allah semata. Sehingga saat aku benar-benar pantas mendapat label kehormatan itu, di saat yang sama, akupun mulia di sisi Allah dan di sisi makhluq-Nya. Kini aku memang belum menjadi sebenar-benar 'afifah, namun aku akan terus berproses. In syaa Allah.
#30DWCHari15
Nice... :-)
BalasHapusKlo dlm bahasa Arab nulisnya عفيفه ya?
Exactly 😊. Mohon doanya, agar tidak sekedar jadi nama.
BalasHapus